SEJARAH KOTA PATI
SEJARAH KOTA PATI
BAGIAN DARI KERAJAAN MAJAPAHIT
Kabupaten Pati, adalah sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Pati. Luas wilayah Kabupaten Pati yaitu
sekitar 1.473,97 Km² yang terletak pada 6,5 s/d 7,0 Lintang Selatan dan
110,5 Bujur Timur berada pada ketinggian dari 0 m sampai 520 m di atas
permukaan air laut. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Rembang di timur, Kabupaten Blora dan Kabupaten Grobogan di selatan, serta Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara
di barat. Ibukota Kabupaten Pati terletak tengah-tengah wilayah
kabupaten, yang berada di jalur pantura Semarang-Surabaya, sekitar 75 Km
sebelah Timur Semarang. Sebagian besar wilayah Kabupaten Pati adalah
dataran rendah. Bagian selatan berupa perbukitan, terdapat sungai besar
yaitu sungai Ngantru (http:// wikipedia. Sejarah Kabupaten pati.com).
§ Sejarah Kabupaten Pati
Sejarah
kabupaten Pati berpangkal tolak dari beberapa gambar yang terdapat pada
lambang Daerah Kabupaten pati yang sudah disahkan dalam Peraturan
Daerah No. 1 Tahun 1971 yaitu gambar yang berupa ”Keris Rambut Pinitung Dan Kuluk Kanigara”.
Menjelang
akhir abad ke XIII sekitar tahun 1292 Masehi di Pulau Jawa vakum
penguasa pemerintahan yang berwibawa. Kerajaan Pajajaran mulai runtuh,
Kerajaan Singasari surut (penyerangan oleh Jayakatwang, pada bulan Mei
dan Pertengahan bulan Juni 1292), sedangkan Kerajaan majapahit belum
berdiri. Dengan keadaan yang seperti itu, muncullah penguasa lokal yang
mengangkat dirinya sebagai adipati, di wilayah kekuasaannya (di pantai
utara Pulau Jawa Tengah sekitar Gunung muria) yang disebut Kadipaten (http:// wikipedia. Sejarah Kabupaten pati.com).
Seperti
halnya yang telah disebutkan dalam Babad Pati, disitu dijelaskan bahwa
tidak lama kemudian Keraton Pajajaran kalah, kerajaan tanah Jawa lalu
pindah ke Majapahit, adapun yang menjadi rajanya adalah Brawijaya ke II,
yaitu Jaka Pekik putra dari Jaka Sukuh. Pada waktu itu Kyai Ageng Pati
bernama Tambranegara menghadap ke majapahit (S. Dibyo, 1980: 207).
Di daerah tersebut terdapat dua penguasa lokal, yaitu (1.) penguasa kadipaten Paranggaruda, oleh Adipati Yudhapati. Kadipaten
Paranggaruda wilayahnya berada di daerah selatan sungai Juwana. wilayah
kekuasaan Kadipaten Paranggaruda ini meliputi daerah yang sekarang
merupakan kecamatan Batangan, Jakenan, Pucakwangi, Jaken, Winong,
Sukolilo, Kayen, Tambakromo, Gabus dan sebagian wilayah Rembang bagian
barat. Bekas pusat pemerintahan Parnggaruda berada di Desa Goda
Kecamatan Winong, (2.) Penguasa kadipaten Carangsoka, oleh Adipati Puspa Adungjaya. Wilayah kekuasaan Kadipaten Carangsoka ini meliputi daerah yang sekarang merupakan
Kecamatan Trangkil, Juwana, Pati, Margorejo, Tlogowungu, Gembong,
Wedarijaksa, Margoyoso, Tayu, Dukuhseti, Gunungwungkal, Cluwak dan
sebagian meliputi wilayah Jepara bagian timur. Bekas pusat pemerintahan
Carngsoka berada di Desa Sukoharjo Kecamatan Wedarijaksa (Ahmadi, 2004:
2).
Kedua
Kadipaten tersebut hidup rukun dan damai, saling menghormati dan saling
menghargai untuk melestarikan kerukunan dan memperkuat tali
persaudaraan. Kedua adipati tersebut bersepakat untuk mengawinkan putra dan putri mereka. Utusan Adipati Paranggaruda untuk meminang Rara Rayungwulan telah diterima, namun calon mempelai putri minta bebana agar pada saat pahargyan boja wiwaha daup
(resepsi) dimeriahkan dengan pagelaran wayang dengan dalang kondang
yang bernama Sapanyana. keharmonisan diantara keduanya tidak berlangsung
lama.
Hal ini disebabkan karena dari pihak Penguasa kadipaten paranggarudu
ingin melumpuhkan kewibaan Kadipaten Carangsoka dengan cara menguasai
dua pusaka milik Sukmayana di majasemi. Akan tetapi rencana tersebut
gagal, karena senjata itu berhasil direbut kembali oleh Sondong Makerti dari
Wedari. Selain itu, permusuhan ini juga disebabkan karena ketika pesta
pernikahan diantara keduanya berlangsung mempelai wanita melarikan diri
bersama Dalang Sapanyana. Karena merasa dipermalukan, Adipati Yudhapati
menyatakan permusuhan dan peperangan tidak dapat dielakkan lagi.
Peperangan ini, dimenangkan dari pihak penguasa Kadipaten Carangsoka.
Kemenangan ini karena adanya bantuan dari Raden Kembangjaya, untuk
membalas jasanya akhirnya Raden Kembangjaya dinikahkan dengan Rara
Rayungwulan. Untuk mengatur pemerintahan yang semakin luas wilayahnya ke
bagian selatan, Adipati Kembangjaya memindahkan pusat pemerintahannya
dari Carangsoka ke Desa Kemiri. Dengan mengganti nama ”Kadipaten
Pesantenan” dengan gelar Adipati Jayakusuma.
Untuk dapat mengembangkan pembangunan dan memajukan pemerintahan di wilayahnya Adipati Raden Tambranegara (pewaris tahta dari Adipati Jayakusuma) memindahkan pusat pemerintahan Kadipaten Pesantenan
yang semula berada di desa Kemiri menuju ke arah barat yaitu, di desa
Kaborongan, dan mengganti nama Kadipaten Pesantenan menjadi Kadipaten
Pati.
Keberadaaan
Kadipaten Pesantenan merupakan usaha untuk mempersatukan Kadipaten
Paranggadu, Carangsoka, dan Majasemi yang penyatuannya dilakukan oleh
Raden Kembangjaya pada tahun 1292, dengan surya
sengkala: ”mulat gapura manembah gusti”. Penyatuan ini merupakan usaha
suka rela, bukan atas dasar pemaksaan dan bukan hadiah dari siapapun.
Dalam
prasasti Tuhannaru (1245 Saka), yang diketemukan di desa Sidateka,
wilayah Kabupaten Majakerta yang tersimpan di museum Trowulan. Prasasti
itu terdapat pada delapan Lempengan Baja, dan bertuliskan huruf Jawa
kuna. Pada lempengan yang keempat antara lain berbunyi bahwa : .....
Raja Majapahit, Raden Jayanegara menambah gelarnya dengan Abhiseka
Wiralanda Gopala pada tanggal 13 Desember 1323
M. Dengan patihnya yang setia dan berani bernama Dyah Malayuda dengan
gelar "Rakai", Pada saat pengumuman itu bersamaan dengan pisuwanan agung
yang dihadiri dari Kadipaten pantai utara Jawa Tengah bagian Timur
termasuk Raden Tambranegara berada di dalamnya.
§ Situs-situs Peninggalan Bersejarah Sebagai Bukti Sejarah Kota Pati Bagian Dari Kerajaan Majapahit
a. Pintu Gerbang Majapahit
Peninggalan sejarah berupa Pintu Gerbang, terbuat dari kayu jati. Pintu gerbang ini merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit
yang diangkat oleh Kebo Nyabrang sebagai persyaratan untuk diakui
sebagai Putra Sunan Muria. Namun setelah tiba di Desa Rondole, Kebo
Nyabrang tidak mampu lagi mengangkat dan tidak mampu melanjutkan
perjalanan kemudian menunggui pintu gerbang tersebut sampai meninggal
dunia. Terletak di Desa Rendole, Kecamatan Margorejo, jarak dari kota
Pati 4 Km.Berdekatan dengan obyek wisata Sendang Tirta Sani.
b. Prasasti I Rongkap
Pada Prasasti
ini terdapat tulisan tanggal 25 Oktober 901 M (823 Saka) yang ditemukan
di desa Rangkah (Ngranggah) di daerah Pati Ayam yang terdiri dari
lempengan baja sebanyak delapan lempengan.
c. Prasasti Prawata
Prasasti ini ditemukan di daerah Wotan, kecamatan Sukolilo. Prasasti ini ada pada zaman Erlangga.
d. Prasasti Gajihan
e. Prasasti Tuhannaru
Prasasti
ini, diketemukan di desa Sidateka, wilayah Kabupaten Majakerta yang
tersimpan di museum Trowulan. Prasasti itu terdapat pada delapan
Lempengan Baja, dan bertuliskan huruf Jawa kuna.
f. Prasasti Waringin Pitu
§ Pati Bagian dari Majapahit
Keterkaitan Kabupaten Pati dengan kerajaan Majapahit yaitu (a.) adanya pengakuan dari Raja Jayanegara dari Majapahit
mengakui wilayah kekuasaan para Adipati itu dengan memberi status
sebagai tanah predikan, dengan syarat bahwa para Adipati itu setiap
tahun harus menyerahkan upeti berupa bunga.
Bahwa Adipati Raden Tambranegara juga hadir dalam pisuwanan agung di Majapahit
itu terdapat juga dalam Kitab Babad Pati, yang disusun oleh K.M.
Sosrosumarto dan S.Dibyasudira, diterbitkan oleh Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1980. Halaman 34, Pupuh Dandanggula
pada : 12 yang lengkapnya berbunyi : ..... Tan alami pajajaran
kendhih, keratonnya ing tanah Jawa angalih Majapahite, ingkang jumeneng
ratu, Brawijaya ingkang kapih kalih, ya Jaka Pekik wasta, putra Jaka
Suruh, Kyai Ageng Pathi nama, Raden Tambranegara sumewa maring Keraton Majalengka. Artinya Tidak lama kemudian Kerajaan Pajajaran kalah, Kerajaan Tanah Jawa lalu pindah ke Majapahit, adapun yang menjadi rajanya adalah Brawijaya II, yaitu Jaka Pekik namanya, putranya Jaka Suruh. Pada waktu itu Kyai Ageng Pati, yang bernama Tambranegara menghadap ke Majalengka, yaitu Majapahit,
(b.) bukti keterkaitan antara Pati dan Majapahit yang lain, yaitu
adanya kerjasama diantara keduanya dalam perdagangan serta membuka
hubungan dengan bandar-bandar Tuban, Jungpura (Jepura sekarang), Pekuwon
(daerah Juwana) dan Bergota, (c.) Hadirnya Raden Tambranegara Adipati Pati dalam pisowanan agung di Majapahit. Pisowanan agung yang dihadiri oleh Raden Tambranegara ke Majapahit pada tanggal 13 Desember 1323, maka diperkirakan bahwa pindahnya Kadipaten Pesantenan
dari Desa Kemiri ke Desa Kaborongan dan menjadi Kabupaten Pati itu pada
bulan Juli dan Agustus 1323 M (Masehi). Ada tiga tanggal yang baik pada
bulan Juli dan Agustus 1323 yaitu : 3 Juli, 7 Agustus dan 14 Agustus 1323.
Berdasarkan
hal tersebut, jelaslah bahwa keterkaitan antara Kota Pati dengan
Kerajaan Majapahit sangat erat hubungannya. Hal ini, berdasarkan
bukti-bukti yang telah dijelaskan di atas.
Rujukan
Ahmadi. 2004. Sejarah Pati. Pati: Dinas Pendidikan Kabupaten Pati.
Poesponegoro, Marwati Djoned. 1993. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka.
Sosrosumarto, K.M, dan Dibyasudiro. 1980. Kitab Babad Pati. Pati: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik indonesia.
Tim Penyusun Hari Jadi. 1994. Sejarah Hari Jadi Kabupaten Pati. Pati: Seminar Sehari Hari Jadi Kabupaten Pati
http:// wikipedia. Sejarah Kabupaten pati.com.
No comments:
Post a Comment